Rabu, 02 Januari 2013

Gemerlapnya dunia


Bismillaah…

Gemerlapnya dunia


Siapa yang tak ingin bahagia dengan mempunyai harta? Siapa yang tak bercita-cita mempunyai tempat tinggal luas dan nyaman ? siapa yang tak mau kebutuhan hidupnya terpenuhi dengan baik.


siapa yang menolak memiliki penampilan yang membuat orang kagum? Itu semua, bagian dari keindahan dunia yang ada pada obsesi setiap orang, tentu saja termasuk kita.


Ad-duniya khadirah khulwah. Dunia itu hijau, manis. Begitu salah satu sebutan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam terhadap dunia. Manis, lezat, indah, menarik, memikat, memukau. Entah kata apalagi yang bisa menyifati kenikmatan dunia. Kenikmatan yang ada pada penggalan hidup yang pendek, ketimbang kehidupan akhirat yang panjang tanpa batas. Kelezatan yang ada pada potongan perjalanan yang hanya sebentar, dibanding perjalanan jauh yang lama menembus waktu. “Allahumma, laa aisya illa aisyul akhirah (tidak ada kehidupan selain kehidupan akhirat)


Biarlah obsesi atau keinginan itu tetap ada, karena memang sudah menjadi garis fitrah yang Allah ciptakan untuk manusia. Allah Ta’ala berfirman :



“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)” (Qs Al Imran 14)


Ayat ini menunjukkan bahwa secara fitrah manusia memang memiliki kecenderungan pada wanita, anak-anak, perdagangan, emas perak, kendaran, sawah dan ladang. 


Allah menghamparkan syahwat-syahwat itu adalah untuk perjalanan sementra manusia di dunia dan agar diposisikan secara seimbang, pertengahan dan tidak berlebih-lebihan. syahwat-syahwat ini dihamparkan Allah untuk seorang mukmin tidak lebih untuk membantunya melakukan ketaatan pada Allah, beribadah, menenangkan batin dan agar dikendalikan untuk menebus kehidupan yang pendek dengan aman hingga kehidupan lain yang abadi.


Mengutamakan akhirat bukan berarti menolak jabatan dan kekayaan. Hasan Al Bashri juga seorang zuhud meski ia seorang saudagat kaya. Indah sekali apa yang dikatakan beliau “Zuhud itu bukanlah di dunia dengan mengharamkan yang halal, menyia-nyiakan harta, tapi dengan lebih menyakini apa yang ada pada Allah ketimbang apa yang ada ditangan mu”


Diam sejenak renungkan bagaimana asal kejadian kita disini. Lalu bagaimana keadaan kita saat pertama ada disini, di dunia. Kemudian bagaimana perguliran waktu demi waktu, hingga akhirnya kita ada disini, di tempat ini.


Kita memang bukan apa-apa. Dan tidak sebagai apa-apa. Kita hanya ciptaan Allah yang sangat mutlak bergantung kepada kasih sayang dan karunia-Nya. Muhammad Al Qurazi, salah seorang yang dekat dengan khalifah Umar bin Abdul Aziz rahimahullah pernah bercerita. “aku mendatangi Umar bin Abdul Aziz saat ia jatuh sakit menjelang wafatnya. Aku menatapnya lama sekali dan ia bertanya padaku, “ya Ibnu Ka’b, mengapa kau melihat ku tajam sekali ?” aku mengatakan, “aku terkejut melihat kondisi badanmu dan perubahan warna kulitmu”. Ia mengatakan, “Bagaimana jika engkau lihat aku 3 hari setelah aku didalam kubur?” itulah kita. Yang tak sama sekali tak layak berbangga dan angkuh.


Wallahu ‘alam Bishawab       

            


Tidak ada komentar:

Posting Komentar