Bismillaah…
Gemerlapnya dunia
Gemerlapnya dunia
Siapa yang tak ingin bahagia
dengan mempunyai harta? Siapa yang tak bercita-cita mempunyai tempat tinggal
luas dan nyaman ? siapa yang tak mau kebutuhan hidupnya terpenuhi dengan baik.
siapa yang menolak memiliki
penampilan yang membuat orang kagum? Itu semua, bagian dari keindahan dunia
yang ada pada obsesi setiap orang, tentu saja termasuk kita.
Ad-duniya khadirah khulwah. Dunia
itu hijau, manis. Begitu salah satu sebutan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam
terhadap dunia. Manis, lezat, indah, menarik, memikat, memukau. Entah kata
apalagi yang bisa menyifati kenikmatan dunia. Kenikmatan yang ada pada penggalan
hidup yang pendek, ketimbang kehidupan akhirat yang panjang tanpa batas. Kelezatan
yang ada pada potongan perjalanan yang hanya sebentar, dibanding perjalanan
jauh yang lama menembus waktu. “Allahumma, laa aisya illa aisyul akhirah (tidak
ada kehidupan selain kehidupan akhirat)
Biarlah obsesi atau keinginan itu
tetap ada, karena memang sudah menjadi garis fitrah yang Allah ciptakan untuk
manusia. Allah Ta’ala berfirman :
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia
kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta
yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan
sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik (surga)” (Qs Al Imran 14)
Ayat ini menunjukkan bahwa secara fitrah
manusia memang memiliki kecenderungan pada wanita, anak-anak, perdagangan, emas
perak, kendaran, sawah dan ladang.
Allah menghamparkan syahwat-syahwat itu adalah
untuk perjalanan sementra manusia di dunia dan agar diposisikan secara
seimbang, pertengahan dan tidak berlebih-lebihan. syahwat-syahwat ini
dihamparkan Allah untuk seorang mukmin tidak lebih untuk membantunya melakukan
ketaatan pada Allah, beribadah, menenangkan batin dan agar dikendalikan untuk
menebus kehidupan yang pendek dengan aman hingga kehidupan lain yang abadi.
Mengutamakan akhirat bukan berarti menolak
jabatan dan kekayaan. Hasan Al Bashri juga seorang zuhud meski ia seorang
saudagat kaya. Indah sekali apa yang dikatakan beliau “Zuhud itu bukanlah di
dunia dengan mengharamkan yang halal, menyia-nyiakan harta, tapi dengan lebih
menyakini apa yang ada pada Allah ketimbang apa yang ada ditangan mu”
Diam
sejenak renungkan bagaimana asal kejadian kita disini. Lalu bagaimana keadaan
kita saat pertama ada disini, di dunia. Kemudian bagaimana perguliran waktu
demi waktu, hingga akhirnya kita ada disini, di tempat ini.
Kita memang bukan apa-apa. Dan tidak sebagai
apa-apa. Kita hanya ciptaan Allah yang sangat mutlak bergantung kepada kasih sayang
dan karunia-Nya. Muhammad Al Qurazi, salah seorang yang dekat dengan khalifah
Umar bin Abdul Aziz rahimahullah pernah bercerita. “aku mendatangi Umar bin Abdul
Aziz saat ia jatuh sakit menjelang wafatnya. Aku menatapnya lama sekali dan ia
bertanya padaku, “ya Ibnu Ka’b, mengapa kau melihat ku tajam sekali ?” aku
mengatakan, “aku terkejut melihat kondisi badanmu dan perubahan warna kulitmu”.
Ia mengatakan, “Bagaimana jika engkau lihat aku 3 hari setelah aku didalam
kubur?” itulah kita. Yang tak sama sekali tak layak berbangga dan angkuh.
Wallahu ‘alam Bishawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar