Husnudzon kepada Allah
Alangkah
indah nasehat Abdullah Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu, “tidak ada kebaikan yang
lebih berharga bagi seorang Mukmin kecuali berbaik sangka kepada Allah. Demi
dzat yang tiada Tuhan selain Dia, tidaklah seorang hamba berbaik sangka kepada
Allah kecuali Dia pasti akan memberikan segala prasangka tersebut. Itu karena
segala kebaikan ada ditangan-Nya.”
Baik
sangka melengkapi indahnya kehidupan seorang Mukmin. Tidak ada yang tidak
berharga dalam kehidupan seorang Mukmin. Musibah yang menimpanya akan berubah
dalam sesaat menjadi suatu gelombang kekuatan hidup yang semakin menambah
keasrian dan keindahan. Dengan keyakinan bahwa Allah tidak akan meninggalkan
hamba-Nya yang beriman.
Baik
sangka kepada Allah merubah musibah menjadi anugerah, kesedihan menjadi
kegembiraan. Karena Allah mengikuti prasangka hamba-Nya. Seorang hamba tinggal
berbaik sangka terhadap segala yang dialaminya dan Allah yang memenuhi
prasangka hamba-Nya itu. Tidak ada yang sulit bagi Allah, karena segala
kebaikan ada ditangan-Nya.
Seorang
wanita anshar dianugerahi Allah sepuluh putera. Kesemuanya adalah singa-singa
di medan jihad. Kesepuluhnya direlakan sang ibu untuk selalu bersama Nabi
Shalallahu ‘alaihi wasalam dalam berbagai kesempatan jihad. Pada suatu
peperangan, tujuh putranya syahid secara bersamaan. Dan pada peperangan
berikutnya dua putranya yang lain menyusul. Hingga tinggal satu orang saja,
yang paling kecil. Suatu hari ibunya menangis di dekat kepala anak yang paling
kecil yang sedang terbaring sakit. Ibunya nampak lebih sedih ketika melihat
yang kecil ini hendak meninggal disbanding kesedihannya ketika ditinggal sembila
putranya yang telah lebih dulu pergi. “Ibu, kenapa tidak menangisi kepergian
kakak-kakakku, padahal mereka jauh lebih baik dariku sementara aku pernah
menyakitimu,” tanya anak sang bungsu itu. Ibunya menjawab, “justru itulah aku
menangis,” anak itu berkata lagi, “ibu kalau neraka ada ditanganmu, apakah ibu
akan melemparkan aku ke dalamnya?” ibunya menjawab “tentu tidak.” Anak itu
berkata lagi diakhir usianya, “Ibu sesungguhnya Tuhanku lebih menyayangi diriku
dibanding Ibu”. Setelah Nabi mendengar tentang dialog ibu dan anak itu, Beliau
Shalallahu ‘alaihi wasalam berkata, “Sesungguhnya putramu telah diampuni karena
baik sangkanya kepada Allah Ta’ala,” (Khotib Al Baghdadi dalam husnudzon
billah).
Wallahu
‘alam Bishawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar