Rabu, 06 Februari 2013

Akitvitas menulis


Bismillaah

Maraknya kegiatan menulis serta penyebaran buku-buku dan sejenisnya ditambah dengan zaman yang fasilitas teknologi informasi yang berkembang pesat untuk mencetak atau mempublikasikan sebuah tulisan semakin cepat dan mudah sampai ke setiap orang di seluruh penjuru dunia.

Bukan bermaksud mencela kegiatan menulis, tetapi mencela sesuatu yang tidak bermanfaat atau menulis dengan tujuan untuk menyombongkan diri sebagai penulis  yang menginginkan ketenaran atau kemahsyuran.

Dalam hal ini imam An Nawawi rahimahullah, seorang penulis harus memiliki kode etik, sebagaimana yang dituturkannya dalam pengantar Majmu.

“Hendaklah terus menjadi seorang mujtahid yang selalu sibuk dengan ilmu, membaca, meneliti, muthala’ah, memberikan komentar, berdiskusi dan mengarang. Tidak memandang remeh untuk belajar dari orang yang dibawahnya, baik pada sisi usia, nasab, popularitas, agama maupun disiplin ilmu. Hedaklah terus mengambil faedah dari mana saja dan menaruh perhatian penuh untuk mengarang jika telah mapan karena ia akan  meneliti hakikat ilmu dan cabang-cabangnya serta perlu mengadakan pemeriksaan, muthala’ah, penelitian dan analisis terhadap berbagai pendapat para ulama. Wasapadalah dalam mengarang (atau menulis) buku (atau yang lainya) jika belum mapan karena akan membawa mudharat bagi dirinya, agama, keilmuaan dan kehormatannnya. Hendaklah memperhatikan pola penjelasan secara panjang atau singkat. Tidak memberi penjelasan yang panjang (bertele-tele) sehingga maknanya menjadi samar (kabur) dan tidak pula memberi penjelasan secara singkat sehingga kering dan sulit dicerna. Hendakalah perhatiannya pada mengarang sesuatu yang belum pernah dibuat. Maksudnya, seorang pengarang hedaklah tetap menjaga gaya penulisan dalam karangannya (ciri khas yang membedakan dirinya dengan yang lain)” 

Akan tetapi berhati-hatilah jangan menyebarkan tulisan yang belum jelas kebenarannya atau di dalamnya terdapat racun pemikiran, syubhat, dongeng2 khurafat dan kebid’ahan yang merusak aqidah. Karena  itu semua akan diminta pertanggung jawabannya di hari kiamat kelak. Allah Ta’ala berfirman :

“(ucapan mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan sebahagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkan). Ingatlah, Amat buruklah dosa yang mereka pikul itu” (QS, An Nahl 25)

“Dan Sesungguhnya mereka akan memikul beban (dosa) mereka, dan beban- beban (dosa yang lain) di samping beban-beban mereka sendiri, dan Sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari kiamat tentang apa yang selalu mereka ada-adakan” (Qs Al Ankabut : 13)

Sungguh betapa beratnya dosa yang mereka pikul, karena mereka akan menjadi pemimpin dari orang-orang yang mereka sesatkan, dalam hadist shahih dsisebutkan,

“Barangsiapa menyeru kepada kesesatan, maka ia akan mendapatkan dosa seperti dosa orang yang mengikutinya, tanpa dikurangi sedikit pun dari dosa-dosa mereka” (HR. Muslim dan Tirmidzi, Jami’ al Ushul IX/566)

Wallahu ‘alam bishawab  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar