Bismillaah
Maraknya kegiatan
menulis serta penyebaran buku-buku dan sejenisnya ditambah dengan zaman yang
fasilitas teknologi informasi yang berkembang pesat untuk mencetak atau
mempublikasikan sebuah tulisan semakin cepat dan mudah sampai ke setiap orang
di seluruh penjuru dunia.
Bukan bermaksud mencela
kegiatan menulis, tetapi mencela sesuatu yang tidak bermanfaat atau menulis
dengan tujuan untuk menyombongkan diri sebagai penulis yang menginginkan ketenaran atau kemahsyuran.
Dalam hal ini imam An
Nawawi rahimahullah, seorang penulis harus memiliki kode etik, sebagaimana yang
dituturkannya dalam pengantar Majmu.
“Hendaklah terus
menjadi seorang mujtahid yang selalu sibuk dengan ilmu, membaca, meneliti,
muthala’ah, memberikan komentar, berdiskusi dan mengarang. Tidak memandang
remeh untuk belajar dari orang yang dibawahnya, baik pada sisi usia, nasab,
popularitas, agama maupun disiplin ilmu. Hedaklah terus mengambil faedah dari
mana saja dan menaruh perhatian penuh untuk mengarang jika telah mapan karena
ia akan meneliti hakikat ilmu dan
cabang-cabangnya serta perlu mengadakan pemeriksaan, muthala’ah, penelitian dan
analisis terhadap berbagai pendapat para ulama. Wasapadalah dalam mengarang
(atau menulis) buku (atau yang lainya) jika belum mapan karena akan membawa
mudharat bagi dirinya, agama, keilmuaan dan kehormatannnya. Hendaklah
memperhatikan pola penjelasan secara panjang atau singkat. Tidak memberi
penjelasan yang panjang (bertele-tele) sehingga maknanya menjadi samar (kabur)
dan tidak pula memberi penjelasan secara singkat sehingga kering dan sulit
dicerna. Hendakalah perhatiannya pada mengarang sesuatu yang belum pernah
dibuat. Maksudnya, seorang pengarang hedaklah tetap menjaga gaya penulisan
dalam karangannya (ciri khas yang membedakan dirinya dengan yang lain)”
Akan tetapi berhati-hatilah
jangan menyebarkan tulisan yang belum jelas kebenarannya atau di dalamnya terdapat
racun pemikiran, syubhat, dongeng2 khurafat dan kebid’ahan yang merusak aqidah.
Karena itu semua akan diminta
pertanggung jawabannya di hari kiamat kelak. Allah Ta’ala berfirman :
“(ucapan mereka)
menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari
kiamat, dan sebahagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak
mengetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkan). Ingatlah, Amat buruklah dosa
yang mereka pikul itu” (QS, An Nahl 25)
“Dan Sesungguhnya
mereka akan memikul beban (dosa) mereka, dan beban- beban (dosa yang lain) di
samping beban-beban mereka sendiri, dan Sesungguhnya mereka akan ditanya pada
hari kiamat tentang apa yang selalu mereka ada-adakan” (Qs Al Ankabut : 13)
Sungguh betapa beratnya
dosa yang mereka pikul, karena mereka akan menjadi pemimpin dari orang-orang
yang mereka sesatkan, dalam hadist shahih dsisebutkan,
“Barangsiapa menyeru
kepada kesesatan, maka ia akan mendapatkan dosa seperti dosa orang yang mengikutinya,
tanpa dikurangi sedikit pun dari dosa-dosa mereka” (HR. Muslim dan Tirmidzi,
Jami’ al Ushul IX/566)
Wallahu ‘alam bishawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar