Bismillah
Sifat sombong merupakan penyakit yang sangat membinasakan, Allah
mewanti-wanti para hamba-Nya dari penyakit ini. Allah Ta’ala Berfirman :
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena
Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu
tidak akan sampai setinggi gunung”. (Qs, Al Israa :37)
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri” (QS, An Nissa :36)
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam juga menwanti-wanti umatnya, beliau
bersabda :
“Tidak akan masuk syurga orang yang didalam hatinya terdapat sifat sombong
walaupun sebesar biji zarah (atom)” (HR. Muslim 2/89 dan At Tirmidzi 3/243)
kesombongan dan keangkuhnya merupakan sumber keburukan dan kejahatanya. Kesombongan
telah menjadi problem terhadap jutaan manusia yang hidup dimasa lalu,
keburukanya juga merampas kesadaraan sifat dasar kebanyakan manusia yang hidup
hari ini dan menyeret mereka ke jalan yang sesat.
Penyebab-penyebab kesombongan
Kekuasaan dan kekayaan
Sebuah penelitian terhadap sejarah menyatakan bahwa harta dan kekuasaan
merupakan karakter yang lazim bagi orang-orang yang sombong dan congkak. Karena
dengan kekuasaan yang mereka genggam dan harta yang melimpah, mereka menolak
beriman. Raja Namrud, Fira’un adalah sebagai salah satu contoh karekter
kesombongan orang-orang karena kekuasaan, sedangkan Qorun karena hartanya.
Status, Prestise dan kemuliaan
Memegang status prestise muncul dari
dalam dirinya, merupakan salah satu tipuan hidup di dunia ini. Sungguh sia-sia
dan tidak rasional manusia menjadi sombong dan merasa super karena status dan
prestise yang didapatkan dalam kehidupan ini.
Pengaruh
kesombongan terhadap hati dan jiwa
Hati
berpenyakit dan pikiran terganggu
Orang yang normal menikmati hati yang
labil, pikiran yang stabil sangat terbuka dan tulus. Namun orang yang sombong
hatinya menderita, pikiranya gelap dan terganggu. Dengan menipu dan
dikendalikan oleh kesombongan, dunianya adalah dunia gelisah, suram dan
menyusahkan, termakan oleh konsep pemikiran yang berliku-liku. Disebabkan
kurangnya sikap positif, mereka sangat temperamen dan mudah terserang penyakit.
Jarang terlihat ekspresi bahagia, karena kebahagiaanya hanya dari kata-kata
yang dapat memujinya, penghargaan yang membesarkan hatinya terdengar dari mulut
orang lain atau dirinya sendiri.
Hatinya selalu merasa khawatir bila
berbuat salah
Semua bisikan hati, tindakan dan
pemikiranya yang dikelilingi oleh rasa sombong bertujuaan untuk mendapatkan
penghargaan dari orang lain dan mengharap dirinya menjadi yang paling hebat.
Karena sebab itulah mereka terlalu khawatir untuk melakukan kesalahan. Buat
mereka, melakukan kesalahan merupakan bentuk kehinaan.
Selalu merasa dirinya paling benar,
paling bersih, tapi Bila ia melakukan kesalahan, maka dirinya akan berusaha
untuk melepaskan diri dari tuduhan bersalah. Allah Ta’ala berfirman :
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang
yang menganggap dirinya bersih?. Sebenarnya Allah membersihkan siapa yang
dikehendaki-Nya dan mereka tidak aniaya sedikitpun’.(Qs, An Nisa 49)
Orang sombong akan merendahkan orang
lain manakala mereka mengetahui kesalahannya, mereka membesar-besarkan kesalahan
yang dilakukan orang lain, mengambil semua kesempatan untuk menyoroti hal ini.
Meraka tidak memiliki rasa kasihan terhadap siapa saja yang melakukan kesalahan
dan merendahkan orang lain, untuk itu tak seorangpun merasa nyaman bila di dekatnya,
karena ia senantisa menciptakan atsmofhir negatif.
Kesombongan gaya
baru “Narsisme” (memuja diri)
Epidemic
Narsisme adalah bagian dari budaya Barat yang kini mewabah di negeri ini, dari
pejabat, artis, pelajar dan sampai orang biasa pun ikut tergoda untuk
menojolkan diri mereka, penampilan fisik mereka, pengidolaan atas para
selebritis, dan aneka kegiatan mencari perhatian.
Narsisme
adalah sebentuk kepercayaan diri yang berlebihan yang akhirnya menjadi
kesombongan. Orang yang narsisme bila berhubungan dengan orang lain, ia akan
kahilangan empati atau kepekaan tehadap orang lain dan lebih parah lagi dirinya
terus menerus dipuja.
Fenomena
para selebritis, serta media-media yang mentrsamisikan narsisme, menekan sifat
masyarakat terutama dalam hal matrealisme, keunikan diri, perilaku anti sosial,
masalah hubungan dengan orang lain, dan lain sebagainya
Narsisme
memang dekat dengan fenomena memoles citra terus-menerus dan menjadikannya
semakin lama semakin jauh dari kenyataan yang sesungguhnya. Para artis,
pejabat, politisi dan sampai orang biasa pun tampil secara nasrsis.
Orang
sekarang senang dengan yang semu dan tak jemu untuk terus berbohong. Citra
mendahului kenyataan, dan yang paling penting adalah apa yang menajadi kulit
luar ketimbang apa yang menjadi intisari dalam diri.
Diantara fenomena
kesombongan yang lain adalah tidak mau kembali kepada kebenaran dan tidak mau
terima kebenaraan tersebut, Rasulullah Shalallahu alaihi wasalam bersabda :
“Sombong
adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain” (HR. Muslim, Syarh Muslim
2/89)
“Dan
apabila dikatakan kepadanya: "Bertakwalah kepada Allah", bangkitlah
kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya)
neraka Jahannam. dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang
seburuk-buruknya”.(Qs, Al Baqarah 206)
Setiap manusia diberi fitrah oleh Allah
Ta’ala berupa kesuciaan (hati dan jiwa yang lurus). Ia akan mengawali
kehidupannya dengan fitrah suci ini. Setelah itu bisa terjadi perubahan yang
sangat capat dan drastis tanpa diduga arahnya. Para penyeru kerusakan fitrah
ini jumlahnya sangat banyak sehingga tak heran bila seseorang keluar dari
kesucian hati dan jiwa yang lurus ini lebih banyak daripada yang istiqomah.
Keinginan untuk merubah diri (menjadi baik) telah hilang dari kebanyakan
orang, sementara “bola api” yang ditendang oleh para penyeru kerusakan itu
membakar disana sini. Bila terkena percikanya akan menjadi abu yang siap ditiup
angin, sementara hampir tidak ada orang yang tampil membantu dan membela karena
orang yang ingin menolong pun tidak lepas pula dari mangsa sang bola api
tersebut.
Disaat kritis inilah setiap manusia sangat membutuhkan wahyu yang akan
menyirami, menyejukan dan memelihara diri dan hatinya. Al Qur’an dan Sunnah
bagaikan siraman kesejukan atas kegersangan hidup, sebagai tameng dari
kerusakan yang terjadi.
Bila setiap orang sadar dan intropeksi diri, ia akan menemukan ada
penyeru di dalam hatinya, yang akan mengajak kepada ridha Allah ataupun kepada
murka-Nya. Dan sesungguhnya pada setiap diri manusia ada pendorong yang saling
tarik menarik dalam berbuat, itulah hati yang memiliki hak untuk menentukan
segala perilaku kita, baik dan buruknya, resiko yang akan diterimanya, atau
dampak yang akan terjadi di kemudiaan hari.
Wallahu ‘alam
Great article, Jadzakallah khairan sudah mau berbagi...π
BalasHapusI love it..good articles πππ
BalasHapusNice
BalasHapus