Jumat, 01 Februari 2013

Ibroh (sepenggal kisah pada perang Uhud)


Bismillaah….

Allah Ta’ala Berfirman :
“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam Keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin). dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasulNya; dan jika kamu beriman dan bertakwa, Maka bagimu pahala yang besar” (Qs, Ali Imran : 179)

Ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam, bersama para sahabatnya tiba di Asy-Syauth, daerah antara Madinah dan Uhud, Abdullah bin Ubay bin Salul bersama sepertiga pengikutnya memisahkan diri dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam. Dia berkata: "Ia (Rasulullah) menuruti pendapat para sahabatnya dan tidak menuruti pen-dapatku. Wahai manusia, untuk apa kita membunuh diri kita sendiri di tempat ini?" 

Setelah itu Abdullah bin Ubay bin Salul kembali ke Madinah bersama para pengikutnya, yaitu kaum munafiqin dan orang-orang yang dihinggapi keraguan. Mereka dikejar oleh Abdullah bin Amr bin Haram, yang kemudian berkata kepada mereka: "Wahai kaumku, aku ingatkan kalian kepada Allah. Hendaknya janganlah kalian menelantarkan kaum dan Nabi kalian ketika mereka telah dekat dengan musuh." Mereka menjawab: "Jika kami tahu kalian akan diperangi, niscaya kami tidak akan menyerahkan kalian, namun kami mengira perang tidak akan ter-jadi." Ketika Abdullah bin Ubay bin Salul dan para pengikutnya bersi-keras untuk kembali di Madinah, Abdullah bin Amr bin Haram berkata: "Hai musuh-musuh Allah, semoga Allah menjauhkan kalian dan Dia akan membuat Nabi-Nya tidak membutuhkan kalian." Sementara itu kaum Anshar berkata: "Wahai Rasulullah, mengapa kita tidak meminta bantuan kepada sekutu-sekutu kita dari kaum Yahudi?"

Rasulullah bersabda: "Kita tidak membutuhkan mereka." Rasulullah terus berjalan hingga singgah di sebuah jalan menuju gunung 

(Janganlah kamu menjadi sedih oleh) ada yang membaca 'yuhzinka' dan ada pula 'yahzunka', berasal dari kata 'ahzanahu' (orang-orang yang cepat jatuh dalam kekafiran) yakni orang-orang yang membela kekafiran itu seperti warga Mekah dan orang-orang munafik, maksudnya jangan kamu pedulikan hal itu. (Sesungguhnya mereka tak sekali-kali dapat memberi mudarat kepada Allah sedikit pun) dengan perbuatan mereka itu, dan mereka hanya membawa kerusakan bagi diri mereka sendiri (Allah menghendaki agar tidak memberi mereka sesuatu di akhirat) maksudnya surga, oleh sebab itu mereka dibiarkan-Nya (dan bagi mereka siksa yang besar) dalam neraka. (Qs, Ali Imran : 176, Tafsir Jalalain)

Ibroh (pelajaran) yang bisa kita petik adalah begitu ber-bahayanya Orang-orang Munafik terhadap Islam. Mereka senantiasa menyemburkan racun Syubhat, agar bangunan Islam menjadi rusak.

Sikap mereka yang hina dan cara-cara mereka yang licik dan Allah Ta’ala Mengungkap sikap mereka, meletakan batas yang jelas antara orang-orang yang beriman dan orang-orang Munafik yang sesat. Allah Ta’ala memperingatkan orang-orang Mukmin agar tidak saling berselisih diantara mereka sendiri tentang keberadaan orang-orang Munafik itu. Meskipun mereka menampakan ke islamannya, namun pada hakikatnya mereka adalah orang-orang yang kuffur dan keji, yang selalu menginginkan bencana bagi orang-orang Mukmin.

Allah Ta’ala berfirman :
Maka mengapa kamu (terpecah) menjadi dua golongan dalam (menghadapi) orang-orang munafik, Padahal Allah telah membalikkan mereka kepada kekafiran, disebabkan usaha mereka sendiri ? Apakah kamu bermaksud memberi petunjuk kepada orang-orang yang telah disesatkan Allah ? Barangsiapa yang disesatkan Allah, sekali-kali kamu tidak mendapatkan jalan (untuk memberi petunjuk) kepadanya. (Qs, An Nissa : 88)

Begitulah keadaan orang-orang Munafik dalam setiap zaman, mereka suka berkhianat, menelingkung atau berbalik arah. Sangat terang sekali watak mereka pada perang Uhud, mereka ikut bersama Rasulullah Shalallahu alaihi wasalam akan tetapi di tengah perjalanan mereka berbalik, dan hal ini dapat menggoyahkan jiwa orang-orang muslim yang lemah imannya  serta memecah belah barisan orang-orang Mukmin dalam menyikapi mereka. Maka dari itu Allah melarang mereka untuk kembali memasuki barisan kaum Mukminin karena pengkhianatan dan berbalik mereka sewaktu perang Uhud. 

Maka jika Allah mengembalikanmu kepada suatu golongan dari mereka, kemudian mereka minta izin kepadamu untuk keluar (pergi berperang), maka Katakanlah: “Kamu tidak boleh keluar bersamaku selama-lamanya dan tidak boleh memerangi musuh bersamaku. Sesungguhnya kamu telah rela tidak pergi berperang kali yang pertama. Karena itu duduklah bersama orang-orang yang tidak ikut berperang.” (at-Taubah:83)

Wallahu ‘alam
(Refrensi : Tafsir Ash Shabuny  Jilid 1, Tafsir Jalalain dan Sirrah Nabawiyah)
   

1 komentar: