Bismillaah….
Allah Ta’ala Berfirman
:
“Allah sekali-kali
tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam Keadaan kamu sekarang ini,
sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin). dan
Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib,
akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya.
karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasulNya; dan jika kamu beriman
dan bertakwa, Maka bagimu pahala yang besar” (Qs, Ali Imran : 179)
Ketika Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wasalam, bersama para sahabatnya tiba di Asy-Syauth, daerah
antara Madinah dan Uhud, Abdullah bin Ubay bin Salul bersama sepertiga
pengikutnya memisahkan diri dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam. Dia
berkata: "Ia (Rasulullah) menuruti pendapat para sahabatnya dan tidak
menuruti pen-dapatku. Wahai manusia, untuk apa kita membunuh diri kita sendiri
di tempat ini?"
Setelah itu Abdullah
bin Ubay bin Salul kembali ke Madinah bersama para pengikutnya, yaitu kaum
munafiqin dan orang-orang yang dihinggapi keraguan. Mereka dikejar oleh
Abdullah bin Amr bin Haram, yang kemudian berkata kepada mereka: "Wahai
kaumku, aku ingatkan kalian kepada Allah. Hendaknya janganlah kalian
menelantarkan kaum dan Nabi kalian ketika mereka telah dekat dengan
musuh." Mereka menjawab: "Jika kami tahu kalian akan diperangi,
niscaya kami tidak akan menyerahkan kalian, namun kami mengira perang tidak
akan ter-jadi." Ketika Abdullah bin Ubay bin Salul dan para pengikutnya
bersi-keras untuk kembali di Madinah, Abdullah bin Amr bin Haram berkata:
"Hai musuh-musuh Allah, semoga Allah menjauhkan kalian dan Dia akan
membuat Nabi-Nya tidak membutuhkan kalian." Sementara itu kaum Anshar
berkata: "Wahai Rasulullah, mengapa kita tidak meminta bantuan kepada
sekutu-sekutu kita dari kaum Yahudi?"
Rasulullah bersabda: "Kita tidak membutuhkan mereka." Rasulullah terus berjalan hingga singgah di sebuah jalan menuju gunung
(Janganlah kamu
menjadi sedih oleh) ada yang membaca 'yuhzinka' dan ada pula 'yahzunka',
berasal dari kata 'ahzanahu' (orang-orang yang cepat jatuh dalam kekafiran)
yakni orang-orang yang membela kekafiran itu seperti warga Mekah dan orang-orang
munafik, maksudnya jangan kamu pedulikan hal itu. (Sesungguhnya mereka tak
sekali-kali dapat memberi mudarat kepada Allah sedikit pun) dengan perbuatan
mereka itu, dan mereka hanya membawa kerusakan bagi diri mereka sendiri (Allah menghendaki
agar tidak memberi mereka sesuatu di akhirat) maksudnya surga, oleh sebab itu
mereka dibiarkan-Nya (dan bagi mereka siksa yang besar) dalam neraka. (Qs, Ali
Imran : 176, Tafsir Jalalain)
Ibroh (pelajaran)
yang bisa kita petik adalah begitu ber-bahayanya Orang-orang Munafik terhadap
Islam. Mereka senantiasa menyemburkan racun Syubhat, agar bangunan Islam
menjadi rusak.
Sikap mereka
yang hina dan cara-cara mereka yang licik dan Allah Ta’ala Mengungkap sikap
mereka, meletakan batas yang jelas antara orang-orang yang beriman dan orang-orang
Munafik yang sesat. Allah Ta’ala memperingatkan orang-orang Mukmin agar tidak saling
berselisih diantara mereka sendiri tentang keberadaan orang-orang Munafik itu. Meskipun
mereka menampakan ke islamannya, namun pada hakikatnya mereka adalah
orang-orang yang kuffur dan keji, yang selalu menginginkan bencana bagi
orang-orang Mukmin.
Allah Ta’ala
berfirman :
Maka mengapa
kamu (terpecah) menjadi dua golongan dalam (menghadapi) orang-orang munafik,
Padahal Allah telah membalikkan mereka kepada kekafiran, disebabkan usaha
mereka sendiri ? Apakah kamu bermaksud memberi petunjuk kepada orang-orang yang
telah disesatkan Allah ? Barangsiapa yang disesatkan Allah, sekali-kali kamu
tidak mendapatkan jalan (untuk memberi petunjuk) kepadanya. (Qs, An Nissa : 88)
Begitulah
keadaan orang-orang Munafik dalam setiap zaman, mereka suka berkhianat, menelingkung
atau berbalik arah. Sangat terang sekali watak mereka pada perang Uhud, mereka
ikut bersama Rasulullah Shalallahu alaihi wasalam akan tetapi di tengah
perjalanan mereka berbalik, dan hal ini dapat menggoyahkan jiwa orang-orang
muslim yang lemah imannya serta memecah
belah barisan orang-orang Mukmin dalam menyikapi mereka. Maka dari itu Allah melarang
mereka untuk kembali memasuki barisan kaum Mukminin karena pengkhianatan dan
berbalik mereka sewaktu perang Uhud.
Maka
jika Allah mengembalikanmu kepada suatu golongan dari mereka, kemudian mereka
minta izin kepadamu untuk keluar (pergi berperang), maka Katakanlah: “Kamu
tidak boleh keluar bersamaku selama-lamanya dan tidak boleh memerangi musuh
bersamaku. Sesungguhnya kamu telah rela tidak pergi berperang kali yang
pertama. Karena itu duduklah bersama orang-orang yang tidak ikut berperang.”
(at-Taubah:83)
Wallahu ‘alam
(Refrensi :
Tafsir Ash Shabuny Jilid 1, Tafsir
Jalalain dan Sirrah Nabawiyah)
terima kasih ya pak
BalasHapus