Bismillaah
Cinta, Unsur inti dalam
Ibadah
Unsur
inti dalam ibadah adalah kecintaan yang disertai dengan ketundukan dan
kerendahan diri kepada yang dicintai. Barangsiapa yang mencitai sesuatu dan
disertai dengan ketundukan, maka hatinya beribadah kepadanya bahkan ibadah
adalah tahapan akhir dari kecintaan. Tingkat kecitaan yang pertama adalah
hubungan antara yang mencitai dengan yang dicintai. Tingkat kedua adalah shababah, yaitu tercurahnya hati kepada
yang dicintai. Tingkat selanjutnya adalah gharam,
yaitu keterpautan hati atau kelekatan hati kepada yang dicintai secara
berkesinambungan sehingga tidak terlepas (kekal). Allah berfirman tentang hal
ini :
….”sesungguhnya
Azab-Nya itu adalah kebinasaan yang kekal (ﻏﺮﺍﻣﺍ.)”
(Qs, Al Furqon : 65)
Tingkat
selanjutnya adalah insyq, yaitu pergi
menuju kepada orang yang dicintai dengan kecintaan yang berlebihan. Karena
itulah Allah tidak disifati dengan sifat ini. Tingkat selanjutnya adalah syauq, yaitu kedamaian hati kepada yang
dicintai atau orang yang dicintai tertulis dalam hati dalam bentuk kerinduan.
Tingkat
ini digunakan kepada Allah, sebagaimana disebutkan imam Ahmad dari Ammar bin
Yasir radhiyallahu anhu, “Aku memohon kepada-Mu kerinduan (Syauq) hamba-hamba
yang baik kepada wajah-Mu dan aku lebih
rindu kepada mereka”
Inilah
makna yang dijelaskan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alihi wasalam “Barangsiapa
yang senang (cinta) berjumpa dengan Allah, maka Allah senang berjumpa
dengannya”
“Barangsiapa
yang mengharap Pertemuan dengan Allah, Maka Sesungguhnya waktu (yang dijanjikan)
Allah itu, pasti datang. dan Dialah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui”
(Qs Al Ankabut : 5)
Allah
mengetahui kerinduan yang sangat besar pada hati hamba-hamba-Nya untuk bertemu
dengan-Nya. Oleh karena itu, Allah memberikan waktu dan janji pertemuan
tersebut supaya hati mereka tenang dan hidup mereka bahagia. Tidak ada hidup
yang lebih bahagia melainkan dengan keriduan kepada Allah, Allah Ta’ala
berfirman :
“Barangsiapa
yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman,
Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan”. (Qs, An Nahl : 97)
Siapakah
yang lebih baik dan bahagia hidupnya daripada orang yang kehendak dan
cita-citannya bersatu untuk mencapai keridhaan Allah. Orang yang zikir hanya
kepada Allah, hanya rindu kepada-Nya, kemudian inilah yang menguasai
kemauan-kemauannya, cita-citanya dan lamunan-lamunannya. Ia akan diam karena
Allah, jika berbicara ia berbicara karena Allah, jika mendengar ia mendengar
karena Allah, jika memukul ia memukul karena Allah, bergerak karena-Nya, hidup
dan mati karena Allah dan dibangkitkan karena Allah. Sebgaimana yang disebutkan
dalam Shahih Bukhari hadist Qudsi.
Hamba-Ku tidak mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang paling Aku sukai
dari pada sesuatu yang Aku fardhukan (wajaibkan) atasnya. Hamba-Ku senantiasa
mendekatkan diri kepada-Ku dengan ibadah sunnah-sunnah sampai Aku mencintainya.
Jika ia memohon kepadaKu, niscaya Aku benar-benar memberinya. Jika ia memohon perlindunagn
kepada-Ku, niscaya Aku benar-benar melindunginya. Dan Aku tidaklah ragu-ragu
terhadap sesuatu yang Aku iakukan seperti keraguan-Ku terhadap jiwa hamba-Ku
yang beriman yang benci kematian dan Aku benci apa yang ia benci". (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).
(Sumber
: Syaikh Ibnu Qayyim Al Jauziyah, Al JAwabul kafi liman saala’ Anid Dawaasy-
Syafi, hal 210)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar