Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya: Membesar-besarkan kesalahan ulama adalah merupakan kebiasaan banyak para pemuda. Bagaimana Syaikh dapat memberikan pengarahan dalam sisi ini?
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya: Membesar-besarkan kesalahan ulama adalah merupakan kebiasaan banyak para pemuda. Bagaimana Syaikh dapat memberikan pengarahan dalam sisi ini?
Jawaban.
Saya Katakan: Saya Memohon Kepada Allah Ta’ala Agar Menolong Ulama Kita Atas Apa Yang Mereka Peroleh Melalui Mulut-Mulut Orang Bodoh, karena ulama telah mengalami banyak hal.
Saya Katakan: Saya Memohon Kepada Allah Ta’ala Agar Menolong Ulama Kita Atas Apa Yang Mereka Peroleh Melalui Mulut-Mulut Orang Bodoh, karena ulama telah mengalami banyak hal.
Pertama.
Kita mendengarkan apa yang disandarkan kepada sebagian ulama yang terpandang, kemudian setelah kita menelitinya ternyata persoalannya berbeda dengan hal itu. Seringkali dikatakan: Si-Fulan mengatakan begini. Namun setelah kita mengeceknya, kita menemukan perkaranya tidaklah demikian, dan ini merupakan kejahatan yang sangat besar. Bila Rasulullah bersabda:
Kita mendengarkan apa yang disandarkan kepada sebagian ulama yang terpandang, kemudian setelah kita menelitinya ternyata persoalannya berbeda dengan hal itu. Seringkali dikatakan: Si-Fulan mengatakan begini. Namun setelah kita mengeceknya, kita menemukan perkaranya tidaklah demikian, dan ini merupakan kejahatan yang sangat besar. Bila Rasulullah bersabda:
“Artinya : Sesusungguhnya berdusta atas namaku
tidaklah sama dengan berdusta atas nama siapapun” (HR. Al-Bukhari no.1291 dalam
kitab Al-Janaaiz bab Ma Yukrahu Min An-Niyahah Alal Mayyit, dan Muslim
no.2154,2155,2156 dalam Kitab Al-Janaaiz bab Al-Mayyit Yuâ azdzabu Bi Buka Ahlihi Alahi dari Hadist Al-Mughirah bin Syuâbah)
Atau yang semakna
dengan ini, maka berdusta atas nama ulama dalam perkara yang berkaitan dengan
syariat Allah Ta’ala tidaklah sama dengan berdusta atas seseorang dari kalangan
manusia biasa, karena hal ini mengandung hukum syar,i yang disandarkan kepada
sang alim yang dipercaya ini.
Oleh karena itu,
semakin banyak kepercayaan manusia terhadap seorang alim itu maka kedustaan
atasnya dalam perkara-perkara ini juga akan semakin banyak dan juga berbahaya ;
karena jika anda katakan pada orang awam: Si-Fulan mengatakan beginiâ, maka ia
tidak akan menyambut anda. Namun jika anda mengatakan: “Si Fulan “dari orang
yang ia percayai- mengatakan begini, ia langsung menyambut ucapan anda. Oleh
karena itu, anda akan menemukan sebagian orang yang memiliki pendapat atau
pemikiran yang ia pandang benar, dan berusaha agar dipegangi orang banyak,
namun ia tidak menemukan jalan selain berdusta atas nama salah seorang ulama
yang dipercayai, maka ia mengatakan: Ini adalah pendapat Syaikh Fulan. Masalah
ini sangat berbahaya, dan hal itu bukan saja jarh terhadap sang alim secara
pribadi, akan tetapi ia berkaitan dengan salah satu hukum dari hukum-hukum
Allah.
Kedua.
Membesar-besarkan kesalahan sebagaimana saya katakan, dan ini juga sebuah kesalahan, dan melampaui batas. Karena seorang alim adalah manusia yang bisa salah dan benar, akan tetapi jika sang alim itu melakukan kesalahan maka wajib atas kita menghubungi dan menyampaikan padanya: Apakah anda mengatakan demikian? Jika mengatakan: sementara kita memandang bahwa itu salah, maka kita tanyakan padanya: Apakah anda mempunyai dalil ? sehingga jika kita telah berdiskusi dengannya maka akan jelaslah yang haq. Dan setiap alim yang munshif (bersikap pertengahan-pen) lagi takut kepada Allah Ta’ala pasti akan merujuk kepada yang haq dan akan mengumumkan rujuknya itu.
Membesar-besarkan kesalahan sebagaimana saya katakan, dan ini juga sebuah kesalahan, dan melampaui batas. Karena seorang alim adalah manusia yang bisa salah dan benar, akan tetapi jika sang alim itu melakukan kesalahan maka wajib atas kita menghubungi dan menyampaikan padanya: Apakah anda mengatakan demikian? Jika mengatakan: sementara kita memandang bahwa itu salah, maka kita tanyakan padanya: Apakah anda mempunyai dalil ? sehingga jika kita telah berdiskusi dengannya maka akan jelaslah yang haq. Dan setiap alim yang munshif (bersikap pertengahan-pen) lagi takut kepada Allah Ta’ala pasti akan merujuk kepada yang haq dan akan mengumumkan rujuknya itu.
Makanya
membesar-besarkan kesalahan seorang alim lalu menyebutkan keadaannya yang
paling buruk, jelas merupakan kebencian kepada terhadap saudara muslim anda,
dan permusuhan hingga terhadap syariat, jika boleh saya katakanan. Karena
manusia bila telah mempercayai seseorang kemudian kepercayaannya diguncang,
maka kepada siapa mereka akan menuju? Apakah mereka akan dibiarkan kebingungan
tanpa ada yang membimbing dengan syariat Allah? Atau dibiarkan mendatangi orang
jahil yang akan menyesatkan dari jalan Allah (walaupun) tanpa disengaja? Atau
mereka dibiarkan mendatangi ulama suu (jahat) yang menghalangi mereka dari
jalan Allah dengan sengaja?
[Kitab Ash-Shahwah Al-Islamiyah, Edisi Indonesia, Panduan Kebangkitan Islam Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin BAB VII, Perbedaan Pendapat (Khilaf) di Kalangan Ulama, Menuduh dan Merendahkan Para Dai. Hal. 239-241 Darul Haq].
_________
Foote Note
Foote Note
[1] Bagian yang
dikeluarkan oleh Al-Bukhari no.1291 dalam kitab Al-Janaaiz bab Ma Yukrahu Min
An-Niyahah ‘Alal Mayyit, dan Muslim no.2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar